Dari Persikad

Disini kita akan berbicara tentang sepakbola. kita akan banyak berbicara sisi positif sepakbola. Bila ada sisi negatifnya biarkan itu menjadi tugas bersama yang harus kita perbaiki.

Tentang SuperDepok

Walau berwarna biru SuperDepok sejatinya 'lintas warna' disini 'warna' tidak lagi menjadi ideologi yang harus dibela. semangat sportivitas dan perdamaian menjadi cita-cita bersama terbentuknya SuperDepok. Harapan tertinggi kami adalah sepakbola benar-benar menjadi hiburan dan tontonan bukan lagi ajang perpecahan.

Dialog Imajiner PSSI dan Suporter

Siang itu beberapa orang suporter berkumpul di depan kantor PSSI. Berkumpulnya mereka dengan satu alasan yang sama yaitu menuntut terjadinya revolusi di PSSI. Spanduk dan segala atribut mereka bentangkan. Setelah beberapa lama mereka di terima oleh perwakilan PSSI untuk berdialog. Ditemani gorengan dan minuman dingin mereka asyik berdiskusi.

Suporter : kami ingin anda berbenah diri, rubah strukur organisasi PSSI menjadi lebih baik.

PSSI : loh anda ingin kami merubah diri sedangkan anda dari tahun ke tahun aja tetap sama. Hayo coba adakah perubahan di diri anda para suporter. Ingat, adik-adik jangan hanya bisa melihat keburukan yang jauh tetapi yang dekat saja tidak bisa.

Suporter : ah, soal itu kami akan mengalir saja pak, kami kan tidak pintar seperti bapak-bapak yang ada disini.


PSSI : siapa yang bilang anda tidak pintar. Buktinya anda bisa melakukan aksi ini. anda juga menguasai dunia maya untuk melemparkan wacana. Sedangkan kami? Sedikit dari kami yang mengerti apa itu dunia maya…


Perwakilan suporter terdiam. Tersentak dengan jawaban yang tidak disangka-sangka. Sebuah pukulan. Namun mereka punya tuntutan lain yang bagi mereka akan lebih serius.

Suporter : ok, kami juga menuntut PSSI untuk lebih transparansi tentang penggunaan anggaran. Kami ingin tidak ada korupsi disini.


PSSI : hahaha… anda cerdas dan berani sekali menuduh kami melakukan korupsi. Bukankah anda juga suka melakukan tersebut bahkan, itu sesuatu yang akrab.


Suporter : anda jangan membalikkan pertanyaan dong! Seoang perwakilan suporter mulai terpancing emosinya.


PSSI : Tenang, begini maksud saya. kami heran kok anda tidak melihat korupsi di dekat anda. Buktinya sangat mudah, banyak dari kalian yang suka menerobos masuk kedalam stadion tanpa tiket. Bahkan sebagian kelompok suporter meminta potongan harga dengan tidak wajar. Bukankan ini tindakan korupsi? Belum lagi banyak dari anda yang tidak membayar penggunaan fasilitas umum. Nah ini semua kan merugikan anggaran. Baik itu klub maupun pemerintah. Lalu apakah ini bukan budaya korupsi


Lagi-lagi para perwakilan suporter ini terdiam. Semangat yang tadinya ada sekarang redup seketika. Seseorang bahkan secara malu-malu menggulung pamflet yang tadi dibawa. Benar apa yang dikatakan perwakilan PSSI ini.

PSSI : sekarang apa lagi yang akan kita diskusikan?


Sebenarnya para perwakilan suporter sudah agak malu untuk meneruskan hal ini. namun mereka masih ada sedikit semangat untuk berdiskusi

Suporter: mmmm… kami ingin PSSI membuat budaya organisasi yang baik. Kata ini agak absurd di sampaikan. Mereka sudah bingung apalagi yang akan dijadikan alasan.


PSSI : budaya mmm.. kita akan berbicara masalah budaya. Bukankah seharusnya anda yang lebih mengerti hal ini. seharusnya hal ini diajukan kepada kalian?


Suporter : maksudnya ?


PSSI : lihat budaya suporter negeri ini. selalu dekat dengan kerusuhan, perpecahan sikap rasisme dan segala macamnya. Bisa jadi kalian yang akan menghancurkan budaya negeri ini yang menghargai perbedaan. Anda akan dengan mudah mengklaim mereka yang berbeda ‘warna’. Makna sumpah pemuda telah anda rusak dan segala macamnya….


Disaat perwakilan PSSI ini terus bicara. Para perwakilan suporter diam-diam keluar dari tempat pertemuan. Mereka sadar masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. pamflet-pamflet mereka buang ke tempat sampah. Sesampai di halaman kantor PSSI kawan-kawan yang lain bertanya.

“Hey, bagaimana pertemuan didalam”
tanya salah seorang dari kumpulan massa.
Perwakilan suporter ini terdiam sejenak. Lalu salah seoarng dari mereka menggulung spanduk yang dari tadi mereka pasang dan berkata,

“kawan-kawan kita belum bisa melaksanakan hal ini, sebelum kita melihat diri kita sendiri. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Mari kita pulang ke daerah masing-masing dan renungkan sudah benarkah apa yang kita lakukan untuk sepakbola Indonesia.?” Bookmark and Share Selengkapnya...

Saatnya Mengubah Citra

• 1995 Suporter Persebaya Suhermansyah meninggal karena terimpit suporter lain di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.

• 1996 Sembilan suporter PSIS tewas tertabrak KRL di Lenteng Agung. Tiga bonek tewas saat menuju Jakarta.


• 2002 Dalam partai Persija vs Semen Padang di babak 10 besar, remaja asal Padang, Beri Mardias, tewas dikeroyok sekelompok orang berkostum oranye. Suporter The Jakmania, Subari, meninggal karena jatuh dari bus seusai menonton Piala Tiger Indonesia vs Filipina.

• 2003 Rahmat Hidayat tewas terlindas truk sebelum partai Persela vs Persebaya. Dimas Aditya meninggal sebelum final Piala Emas Bang Yos antara Persija vs Persebaya.

• 2004 Aremania, Mat Togel, meninggal akibat kecelakaan sebelum partai Persekabpas vs Arema. Fajar Widya Nugraha meninggal akibat terimpit penonton di Stadion Kanjuruan, Malang.

• 2005 Satu orang suporter Persija tewas seusai pertandingan final Liga Djarum antara Persija vs Persipura.

• 2006 Mince, pendukung Mutiara Hitam, tewas menjelang pertandingan Persipura melawan Persiwa) akibat terinjak suporter lain.

• 2008 The Jakmania, Fathul Mulyadin, tewas dikeroyok sekelompok suporter Persipura seusai semifinal pertama Liga Djarum antara Persipura vs PSMS.

• 2010 beberapa bonek terjatuh dari kereta etika tour ke bandung

• 2010 Suporter kediri terinjak2 ketika duel persik VS persik

diatas adalah daftar teman teman kita yang meninggal atas nama sepakbola. suporter Indonesia sekarang sudah menjadi momok yang menakutkan buat masyarakat indonesia. bahkan pertandingan sepakbola banyak sekali di tunda atau tanpa penonton karena "paranoid" terhadap pemain ke 12 ini.

stigma negatif akhir - akhir ini semakin menjadi - jadi, setelah "penyerangan" solo terhadap surabaya, semarang mencegat jepara dan beberapa kasus keributan suporter lainnya.

Sportivitas kini telah hilang berganti dengan teror, intrik dan segala macam taktik curang lainnya. anarkisme dan kekerasan suporter seakan tidak bisa di cegah, perilaku yang berdasarakan mencari eksistensi sebuah kelompok agar diakui. dan bisa jadi dengan kerusuhan ini eksistensi mereka di sepakbola bisa terlihat. Tapi kekerasan bukan satunya jalan meneguhkan eksistensi, masih banyak jalan lain yang lebih positif dan jalan itulah yang akan kami pilih.

BUDAYA TANDING
mencounter sebuah budaya kerusuhan yang makin menggurita harus dengan menciptaan budaya baru, gerakan suporter kreatif yang dulu di dengungkan arema mulai bias, banyak suporter yang bangga dengan nyanyian menghujat suporter lain.

terbetik ide untuk menandingi budaya anarkisme suporter dengan mencipakan budaya suporter beradab, suporter yang bisa menghargai makna dan sebuah kompetisi. Bukan lagi meraka yang menjadikan hasil sebagai tujuan semata tanpa mau melihat prosesnya.

Etika fair play telah memudar dan hilang. Inilah efek dimana sang pemenang akan dipuja sedang mereka yang kalah (walau telah berusaha) selalu dianggap sebagai pecundang.menang apa kalah, maka itu kami berpikir untuk merubah itu semua. berpikir tentang bagaimana menjadi suporter yang dewasa, dan BUKU kami pilih dan anggap menjadi media yang mumpuni untuk menyebarkan virus positif ini, untuk merubah stigma negatif terhadap suporter. Karena kita bosan dengan tuduhan suporter bola adalah kaum tak bermoral dan beradab. Maka kita tunjukkan bahwa kita masih punya niatan yang baik untuk mengubahnya. Untuk semenatar buku ini berjudul Dari Suporter Untuk Suporter "refleksi menuju suporter beradab"

buat rekan rekan yang ingin bergabung dengan gerakan ini bisa kirim naskahnya via email ke: buku@suporter.info
batas pengiriman artikel 1 bulan dari sekarang

Kemungkinan dalam buku ini akan menampilkan tulisan tulisan para tokoh sebagai GUESS WRITTER
Bambang pamungkas insya Allah sudah bersedia untuk menulis di buku ini
andi bachtiar yusuf, pandji pragiwaksono, bambang haryanto, sigit nugroho, (tahap konfirmasi)

terima kasih rekan rekan suporter semua.
jadikan suporter indonesia sebagai suporter loyal yang beradab
Bookmark and Share Selengkapnya...

Dana PSSI Melimpah


JAKARTA — Kompetisi sepak bola baru mampu menyumbang pemasukan bagi PSSI, belum membuahkan timnas kuat. PSSI memanen miliaran rupiah dari kompetisi mereka, dari setoran PT Liga Indonesia, pendaftaran pemain asing, uang denda pelanggaran indisipliner, hingga kartu smart.

Pendaftaran pemain asing merupakan salah satu sumber pemasukan bagi kas PSSI. Setiap pemain asing yang bakal bermain di Indonesia dikenai biaya Rp 10 juta per musim bagi pemain Liga Super dan Rp 5 juta per musim bagi Divisi Utama.

Liga Super diikuti 18 tim yang hampir semua klub memaksimalkan kuota lima pemain asing. Adapun Divisi Utama melibatkan 34 tim, yang setiap tim memiliki tiga pemain asing. Dari 90 pemain asing di Liga Super dan 102 pemain asing di Divisi Utama, PSSI meraup dana sekitar Rp 1,4 miliar.

”Uang pendaftaran itu harus dibayar per tahun, biasanya diambil dari uang kontrak pemain atau tergantung dari kesepakatan,” kata Eddy Syahputra, agen pemain resmi FIFA, Ligina Sportindo, saat ditemui Kompas di Kantor PSSI, Jakarta, Senin (8/2/2010).

Dalam kongres PSSI di Bandung, Januari lalu, PSSI memutuskan tetap mempertahankan kuota lima pemain asing di Liga Super kendati dikritik banyak kalangan bahwa kuota itu mengurangi kesempatan pemain lokal tampil di liga. Ini berpengaruh pada timnas, yang mulai mengalami krisis pemain berbakat.

Denda jadi pemasukan

Pemasukan bagi kas PSSI dari kompetisi juga muncul dari denda pelanggaran indisipliner. Anggota Komisi Disiplin PSSI, yang juga CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono menyebutkan, musim lalu jumlah denda mencapai sekitar Rp 4,5 miliar. ”Rp 3 miliar dari denda Komisi Disiplin dan Rp 1,5 miliar dari denda Komisi Banding,” katanya.

Pendapatan lain yang ditarik PSSI dari kompetisi adalah biaya pembuatan kartu smart PSSI. Program ini dimaksudkan sebagai langkah PSSI untuk membangun database pemain dan hanya berjalan di Liga Amatir. Dari laporan keuangan Badan Liga Sepak Bola Amatir Indonesia (BLAI) dalam kongres PSSI di Bandung lalu, proyek itu telah menghasilkan Rp 598 juta.

Sumber pemasukan rutin PSSI lainnya berasal dari subsidi FIFA, yang setiap tahunnya 250.000 dollar AS (sekitar Rp 2,05 miliar). Sekjen PSSI Nugraha Besoes pernah mengungkapkan, dana subsidi itu bisa dipotong jika ada klub bermasalah dengan pemain asing yang mengadu ke FIFA.

Minta transparansi

Terkait dana-dana yang terus mengalir ke kas PSSI itu, Manajer Persebaya Surabaya Saleh Ismail Mukadar menginginkan adanya transparansi penggunaan dana yang dikelola PSSI. Pemanfaatan dana tersebut sebaiknya dikemukakan kepada pengurus klub dan masyarakat luas.

Ia juga keberatan dengan kebijakan PSSI yang selalu menarik uang dari klub.



dikutib dari :
http://bola.kompas.com Bookmark and Share Selengkapnya...

 

bersatu

manahan

beraksi

demo PSSI

pasoepati

sepakbola indonesia

Demo PSSI

revolusi PSSI