Fenomena Sepakbola
Siapa yang nggak kenal olahraga sepakbola? Pastinya kita semua kenal dong, apalagi yang sengaja membeli buku ini. Kalo saat ini masih ada yang gak kenal olahraga ini pastinya ini orang aneh. Kita tahu ini adalah olahraga paling popular dan paling disukai oleh masyarakat di bumi ini. Gak percaya? Silakan buktikan sendiri dengan menanyai setiap orang yang anda kenal hehehe…
Penyuka olahraga ini gak kenal usia, dari yang muda ampe yang tua semua sepakat dan kompak kalo ngobrolin yang namanya sepakbola. Emang gak semua orang bisa memainkannya. Tetapi, bisa dipastikan yang gak bisa maen juga seorang penikmat sepakbola. Begitu juga olahraga ini gak hanya milik kaum adam saja, banyak kaum hawa yang suka olahrga ini, bahkan mereka bela-belain untuk menonton langsung ke stadion.
Penyuka olahraga ini tidak hanya kamu Adam atau para pria. kaum hawa banyak juga yang menjadi penggemar olahrga ini. Gak jarang banyak dari mereka yang merelakan hadir ke stadion untuk menonton kesebelasan kesayangannya bermain. Dari mulia menemani pacarnya sampai memang yang benar-benar hobi pada olahraga tersebut.
Sepakbola juga tidak mengenal sekat negara. Lihat aja walaupun kita di Indonesia, namun banyak juga yang menjadi penggemar klub-klub negara-negara besar eropa. Bahkan ada juga loh yang menjadi pecinta tim nasional negara lain. Bahkan kecintaannya bisa lebih kental dibandingkan ketika ia mencintai timnas PSSI.
Olahraga ini juga sangat banyak variannya. Ada yang namanya sepakbola pantai, kemudian ada juga sepakbola dalam ruangan. Dan yang sekarang lagi trend adalah futsal. Olahrga ini juga gampang-gampang saja untuk dimainkan, asal ada tanah lapang dan satu bola maka kita bisa bermain, walau hanya sekedar kucing-kucingan kapan saja.
Yap, olahraga ini memang fenomenal dan menakjubkan. lihat aja ketika Liga Inggris tidak ditayangkan lagi oleh televise konvensional dan beralih ke televise berlangganan yang tentunya harus mengeluarkan kocek lebih untuk menonton satu pertandingan aja, berapa banyak masyarakat yang demo.
Di negeri ini aja ada media olahraga harian yang 80% lebih isinya berita tentang sepakbola dari berbagai negara, dan bisa ditebak harian itu sangat sukses dengan oplah yang sangat besar. Acara-acara nonton bareng pertandingan sepakbola juga banyak diadakan terutama di café-café sebagai salah satau ajang untuk menarik minat pengunjung, begitu juga penjulan merchandise yang berbau sepakbola (emang gimana baunya?) sangat laris manis. Ini menjadi bukti bahwa olahraga ini memang benar-benar menjadi olahraganya mayoritas masyarakat dunia.
Begitulah sepakbola. Ia layaknya bola salju yang meluncur dari atas dan semakin membesar sampai kebawah. Bahkan sampai ada yang memprediksi kedepan sepakbola itu bisa menjadi budaya baru.
Yang hebatnya Cabang olahraga paling populer di muka bumi itu pernah dinominasikan menjadi salah satu kandidat penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2001 oleh Akademi Swedia. Menurut International Herald Tribune, sepak bola dipilih karena dinilai bisa menjembatani saling pengertian antarbudaya.
Sepakbola oleh beberapa kalangan diperlakukan berlebihan di Argentina misalnya, sekalompok orang yang menjadi penggemar Diego Armando Maradona, sepakat untuk menganggap sang maestro sepakbola Argentina itu sebagai tuhan mereka. Gak cukup sampai disitu mereka juga komplit membuat rumah ibadah dan tatacara ritualnya. Bahkan dari berita terbaru yang diturunkan oleh harian republika (31/10/08) agama ini memiliki jamaah aktif sejumlah 300 orang, sedangkan 120 ribu lainnya bergabung di dunia maya. Gak tanggung-tanggung saat merayakan ulang tahun ke 48 sang bintang, gereja ini membaptis ratusan jamaah baru. Bahkan sang legenda sepakbola itu sekarang dipanggil dengan D10S, yang dibaca dios, dimana ini kata dalam bahasa spanyol berarti tuhan. Ah, yang ini mah gak boleh diikuti ya..
Konon kabarnya di Inggris, sepakbola itu sudah menjadi civil religion. Apasih maksudnya? Civil religion , menurut Robert N Bellah, tidak dalam arti agama konvensional, atau agama yang sudah kita kenal selama ini. Tapi suatu bentuk kepercayaan dan gugusan nilai serta praktik yang memiliki semacam ‘teologi' dan ritual tertentu yang di dalam realisasinya menunjukkan kemiripan dengan agama. Boleh jadi ia adalah sebuah sistem atau praktik-praktik yang tidak ada hubungannya dengan agama.
Nah, bentuk ritual dari sepakbola itu adalah ketika para suporter rela membela klub kebanggaannya atau tim nasionalnya. Dukungan nggak cukup hanya sekadar bersorak dan jejingkrakan di tribun sepanjang pertandingan berlangsung, tapi seringkali mereka gelap mata dan saking cintanya, mereka rela berkorban demi klub pujaan hatinya. Pokoknya siap ‘gagah-gagahan', gak perduli kalo taruhannya nyawa. Demi kebanggaan mereka layaknya pejuang yang maju kemedan perang.
Bang Farid Gaban, dalam tulisannya di Koran Tempo edisi 13 Juni 2004 mengutip pendapatnya Eric Hobsbawm, sejarawan Inggris, yang menyebutkan bahwa sepak bola adalah salah satu bentuk ‘tradisi buatan’ (invented tradition) ,serangkaian praktik, yang dikendalikan oleh aturan tertentu dan memiliki sifat ritualistik serta simbolis. Jadi jangan heran kalo sepak bola sudah menjadi ’agama’ baru. Jangan kaget pula jika sebagian suporter klub Manchester United (MU) sampe rela membentangkan spanduk bertuliskan ’MU is My Religion’. Atau seperti berita diatas seputar diangkatnya Maradona menjadi tuhan baru oleh para penggemarnya.
Makanya kalo ada orang inggris yang pindah atau bertempat tinggal di negara lain yang dibawanya itu hanya 3F, yaitu Family, Friend and Footbal. Makanya di Inggris sono, kalo ada orang yang gak suka atau gak ngerti bola, belum layak jadi warga negara ratu Elizabeth tersebut.
Sepakbola memang magnet yang sangat hebat. Saking hebatnya ini olahraga memaksa para pebisnis untuk ikut-ikutan cari usaha di dalam aktifitas sihir sepakbola dewasa ini. Suatu hal yang sangat wajar, bila dilihat dari potensi keuntungan yang akan didapat dari olahraga ini. Ya... sepakbola yang awalnya digagas untuk menyalurkan hasrat manusia yang senang kompetisi dan perang memang telah berubah menjadi sebuah industri. Sebuah industri yang sangat menggiurkan. Bahkan saat ini, pada sebuah kompetisi yang sudah bertaraf profesional, campur tangan para pemilik modal kuat tidak bisa dihindarkan.
Kita dapat melihat bagaimana pengaruh modal Roman Abramovic dapat merubah prestasi Chelsea, dari sebuah tim papan tengah hingga berubah menjadi tim kelas dunia. Sejak kedatangan milyuiner asal Rusia ini Chelsea sukses mendatangkan pemain-pemain top dunia. Sebut saja nama-nama seperti Andriy Sevchenko, Michael Ballack. Didier Drogba. Bahkan Hernan Crespo juga pernah mangkal di Stamford Bridge. Atau bagaimana tiba-tiba seoarang miliyuner dari Dubai membeli Manchester City, klub yang sebelumnya dimiliki oleh Thaksin Sinawatra, lalu mendatangkan seorang Robinho dari Real Madrid.
Yah, sepakbola telah menjadi lingkaran dan kekuatan ekonomi yang luar biasa hebatnya. Tak susah untuk mencari contoh. Siapa tak kenal David Beckham? Rasanya hanya orang yang benar-benar tidak menyukai sepak bola yang tidak mengenalnya. Tampan, kaya raya, jago tendangan bebas dan umpan matang ke teman merupakan ciri yang ia miliki dan mudah diingat orang. Saat ini berada di klub LA Galaxy pasca meninggalkan Real Madrid yang telah ia bela selama 3 musim. Walau baru pada tahun terakhir kontribusinya bermanfaat mengatar Real Madrid ke tampuk juara La Liga namun David Beckham tetap dianggap ikon potensial penyumbang meraih peningkatan finansial klub khususnya di benua Asia melalui suvenir dan iklan. Dari semua usahanya, Real Madrid menjadi brand yang semakin dekat dengan kehidupan sosial para pendukungnya di seluruh dunia. Alhasil, ketika simpati sudah teraih, maka semua informasi dan produk yang dikeluarkan oleh Real Madrid merupakan hal yang dinanti. Makanya setiap event sepakbola yang digelar baik kompetsisi antarnegar maupun antar klub, selalu saja dimanfaatkan untuk mereguk keuntungan yang sebesar-besarnya
Maka dari itu banyak klub yang berlomba mendatangkan pemain bintang tak lebih semta untuk meningkat pendapatan klub tersebut. Walaupun terkadang sang pemain bintang sudah melwati masa-masa keemasannya. Ambil contoh ketika diawal-awal Liga Indonesia, ketika Pelita Jaya mendatangkan bintang-bintang tua seperti Roger Milla, Maboang Kesack hingga Mario Kempes. Saat itu terbukti dengan kedatangan mereka animo suporter menonton setiap laga Pelita Jaya bertambah besar, dan pastinya juga mengangkat harkat kompetisi sepakbola di Indonesia.
Itu bagi para pengusaha. Sedangkan disisi yang lain sepakbola juga dijadikan ‘harapan’ untuk menuju kekayaan melalui judi. Berapa banyak orang yang hobi sekali bermain tebak skor hasil suatu pertandingan. Judinya juga beragam dari yang mulai kelas kakap sampai yang recehan. Asli, kalo yangsatu ini kayaknya jangan ditiru dan diikutin deh, coz kaya melalui judi itu hanyalah utopia, mereka yang memang jadi bandat saja yang benar-benar kaya.
Sedangkan bagi sebagian orang lainnya sepakbola adalah harapan yang lain. Harapan yang ii lebih realistis. Ya, harapan untuk menjadikan hidup lebih baik. Coba saja tanyakan kepada anak-anak di negara-negara Afrika dan Amerika selatan. Mereka lebih memilih berlatih sepakbola, atau bermain sepakbola bersama kawan-kawannya dibandingkan dengan berangkat kesekolah. Mereka berharap para pencari bakat dari negara-negara besar dan klub-klub kaya meliriknya dan menjadikan mereka sebagai hartawan-hartawan baru.
Siapa sih yang nggak ingin kaya? Semua orang pasti ingin banyak uang dan mungkin saja ketenaran. Nah, sepak bola, ternyata sudah menciptakan mimpi dan harapan. Di Pantai Gading, para orangtua lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya di SSB alias Sekolah Sepak Bola ketimbang di pendidikan formal. Harapannya cuma satu: pengen dapat duit dengan cara cepat dan cuma ngandelin keahlian bermain bola. Udah banyak contohnya. Didier Drogba, Kolo Toure dan Yaya Toure adalah para pemain Pantai Gading yang sukses. Ada juga yang berasal dari Togo, yakni Emmanuel Sheyi Adebayor, yang kini memperkuat Arsenal. Mereka kaya raya. Belum lagi Michael Essien yang asal Ghana itu, kini boleh merasakan mandi duit bersama Chelsea.
Bagi meraka sepakbola adalah langkah instant untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran hidup. Nama-nama seperti Roger Mila, David Weah, Samuel Eto’o, Didier Drogba, Maradona, Kaka, Lionel Messi dan Pato adalah panutan yang harus segera diikuti jejak karirnya. Itulah mimpi mereka.
Rata-rata pemain Brasil juga adalah dari kalangan keluarga miskin. Sebut saja Ronaldo, Rivaldo, dan juga Ronaldinho. Sekarang, terutama Ronaldinho bahkan menjadi pemain sepak bola terkaya sejagat saat ini. Konsultan BBDO Jerman, sebuah studi tentang nilai komersial pemain, memperkirakan nilai komersial Ronaldinho sebesar 47 juta euro (56,4 juta dolar AS), diikuti Beckham 44,9 juta euro dan Rooney 43,7 juta euro. Dua pemain Barcelona lainnya, striker asal Kamerun Samuel Eto’o dan pemain muda asal Argentina Lionel Messi, melengkapi lima tempat teratas, nilai komersial kedua pemain itu melebihi 30 juta euro. Cerita sukses seperti itulah yang kemudian menciptakan mimpi untuk jadi pemain sepak bola profesional tingkat dunia. Eh, ngomong-ngomong, Bambang Pamungkas ama Ellie Aiboy juga lagi ‘mandi ringgit’ tuh bersama klub FC Selangor, Malaysia. Ketimbang main di liga Indonesia yang bayarannya jauh lebih kecil.
Yah sepakbola memang sudah mendunia. Sekarang banyak orang lebih mengenal nama-nama seperti Ronaldo, Robinho, David Beckham komplit dengan curriculum vitaenya. Dibandingkan dengan mengenap pahlawan negerinya sendiri. Di Indonesia aja banyak yang lebih hafal nama-nama pemain sepakbola daripada menteri atau pejabat yang sedang berkuasa.
Sedangkan bagi sebagian orang sepakbola dimanfaatkan untuk menuju kekuasaan di jalur politik. Kita bisa sebut nama Silvio Berlusconi, sang perdana menteri Italia. Nah, selain sebagai perdana menteri Bung Silvio juga kita kenal sebagai Pemilik klub besar Italia AC Milan. Itu juga yang dilakukan George Weah ketika mencalonkan diri menjadi Pemimpin Liberia. Dia memanfaatkan segudang pretasi emas dan nama bekennya dalam dunia sepakbola.
Itu di luar negeri. Didalam negeri juga hamper serupa, banyak para calaon anggota legislatif, Bupati, Gubernur bahkan Presiden sekalipun saat kampanye menyempatkan diri untuk sekedar menonton sepakbola. Hehehe.. entah masalah ngerti apa nggak mah urusan lain. Yang penting stiker dan muka bisa kesebar hehehe….
Yah, sepakbola telah mempengaruhi juga aktivtas masyarakat dunia. Buktinya sewaktu hajatan besar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa, banyak aktivitas yang terhenti. Bahkan, Indonesia, yang gak pernah mengirimkan Timnasnya dalam event dunia aja sempat berpikir untuk mengatur ulang jadwal kerja.
Sepakbola juga adalah contoh bagaimana budaya multikulturalisme diterapkan dan berbaur dengan indah. Saat ini klub sepakbola sudah tidak memikirkan lagi apakah pemainnya harus asli putra daerah atau tidak. Bahkan tim nasional Prancis saja para punggawanya adalah mereka yang bukan asli berdarah Prancis. Sebut saja nama nama seperti Zinedine ‘Zizou’ Zidane, Marcel Desailly, William Gallas, Karim Benzema, dan yang lainnya, mereka terlahir sebagai seorang imigran di Prancis. Sdangkan di Asia Tenggara kita mengenal negara Singapura yang banyak pemainnya merupakan pemain-pemain naturalisasi yang sudah lama tinggal dan berkarir di negara Singa Putih tersebut.
Di Indonesia juga serupa. Dahulu di Persib Bandung ada semacam norama tidak tertulis, bahwa pemain tim Maung Bandung harus merupakan putra asli Jawa Barat. Bahkan ketika kran pemain asing dibuka di Indonesia, Persib, masih alergi untuk memakai jasa pemain asing. Tetapi sekarang nama-nama seperti Haryono, Nova Arianto, yang notabene pemain non Jawa Barat bisa berkarir disana, bahkan sang pelatih saja, Jaya Hartono, jelas-jelas bukan merupakan warga Priangan.
0 komentar:
Posting Komentar