Memaafkan
Eduardo Da Silva. Bagi masyarakat kroasia adalah seorang bintang, walau namanya gak familiar dengan nama khas Balkan. Memang Eduardo da Silva seoarang kelahiran Brasil, tetapi di negaranya dia seakan kalah dengan nama-nama seperti Alexander Pato, Adriano, Kaka, dan bintang Brasil lainnya.
Maka itu ia memilih Kroasia sebagai negara yang dibelanya. Gak salah memang, coz di negara ini ia membesarkan karirnya. Terbukti di usian yang muda dia sudah mendapat tempat sebagai starter di timnas Kroasia. Slaven Bilic, pelatih, dan fans berat kroasia lainnya sangat menaruh harapan yang sangat besar kepadanya, di Euro 2008.
Nasib manusia siapa yang bisa nebak. Begitu juga dengan yang dialami oleh Eduardo, saat pertandingan Arsenal, klub tempatnya berkarir, berhadapan dengan Blakburn Rovers, ia mendapat talking yang cukup keras dari Martin Taylor, pemain belakang Birmingham City. Tackling tersebut bisa dibilang cukup parah, dan cedera yang dialaminya serupa dengan apa yang menimpa Marco Van Basten yang terpaksa harus menyelesaikan karirnya di masa emasnya. Maka berakhir untuk sementara karir sepakbolanya baik di klub maupun di timnas, harapannya untuk tampil di Euro 2008 selesai sudah. Ia harsu beristirahat 6 bulan lamanya.
Banyak yang menangis terutama fans Arsenal dan tim nasional Kroasia. Banyak cemoohan dan makin yang dialamatkan kepada Martyn Taylor. Bahkan ada ancaman pembunuhan yang dialamatkan kepadanya. Sampai-sampai Taylor trauma dan takut walau hanya untuk keluar jalan-jalan di rumahnya.
Slaven Bilic, pelatih timnas Kroasia, mengatakan sangat terpukul atas cedera yang dialami Eduardo Da Silva. Menurut Bilic, Da Silva adalah pemain tak tergantikan di lini depan Kroasia.
Eduardo, yang Senin (25/2) genap berusia 25 tahun, mengalami cedera engkel cukup parah dalam laga Birmingham City vs Arsenal, Sabtu (24/2) di kompetisi Liga Primer Inggris. Striker Arsenal itu dikhawatirkan akan absen sampai akhir musim, dan tidak akan memperkuat Kroasia di Euro 2008. mungkin inilah kado hadiah ulang tahun terburuk yang pernah diterimanya.
''Kami memiliki seorang striker hebat di lini depan. Da Silva tidak tergantikan,'' ujar Bilic. ''Tapi saya tidak ingin berpikir terlalu jauh. Saya tidak bisa membayangkan Kroasia tanpa Eduardo Da Silva. Saya ingin ia sembuh dalam waktu dekat, atau setidaknya beberapa hari sebalum Euro 2008 dimulai.''
Media Kroasia melaporkan insiden itu besar-besaran, televisi menayangkan rekaman kejadiannya dalam siaran berita prime time sepanjang akhir pekan. Bahkan beberapa koran lokal mengirim wartawannya ke London untuk mengikuti perkembangan nasib Da Silva.
Kemarahan rakyat Kroasia juga merebak. Jutarnji List, surat kabar terkemuka di Zagreb, dalam tajuknya menulis; kebrutalan pemain belakang Birmingham City, Martin Taylor, mulai menghancurkan ambisi sebuah negeri kecil. "Tapi sebagai bangsa besar kami masih berharap meraih gelar Eropa,'' tulis suratkabar itu.
Koran itu juga menggambarkan cedera Eduardo Da Silva merupakan kematian bagi sepakbola indah. Surat kabar itu juga mengatakan sangat menghargai pernyataan Arsene Wenger yang mengusulkan Martin Taylor dihukum tidak boleh bermain bola seumur hidup. ''Wenger benar ketika kali pertama mengatakan Taylor harus dihukum, tapi menjadi tidak enak didengar ketika ia mengubah sikapnya,'' demikian koran itu berkomentar.
Dalam jajak pendapat singkat yang digelar koran itu, 41 persen publik sepak bola Kroasia mengatakan Taylor harus dihukum seumur hidup. Sedangkan 25 persen lebih suka melihat Taylor dihukum cukup lama.
Eduardo Da Silva juga mengirim surat terbuka dari London Hospital ke media Kroasia. Dalam suratnya Da Silva mengatakan tidak marah atas kejadian di lapangan yang membuatnya cedera. ''Saya dengan sepenuh hati menyampaikan terima kasih kepada semua fans, rekan-rekan di tim nasional, dan pelatih, yang telah memperlihatkan dukungannya.'' Semua itu, tulis Da Silva, sangat berarti bagi saya. ''Saya juga tidak berharap cedera saya membuat media Kroasia terus-menerus marah dan mengecam Taylor,'' tuturnya. Baginya cedera bagi seorang pesepakbola adalah hal yang wajar, dan bisa terjadi kapan saja. Dia tidak dendam dengan Taylor.
Eduardo telah mengajarkan kepada kita betapa pentingnya memaafkan sebelum dipinta.
0 komentar:
Posting Komentar