Sinetron berjudul Persikad
Ini bukan serial sinetron baru di televise yang pastinya fiksi, ini kisah nyata. Ini juga bukan reality show yang telah di skenariokan dan dibuat agar pemirsa ikut terharu merasakan apa yang sedang di lihatnya, ini kisah nyata, tetapi juga bukan seperti film-film horror yang label kisah nyatanya masih bisa diperdebatkan.
Ya, Ironi ini bernama Persikad. Ini cerita tentang bagaimana pengelolaan klub sepakbola di kota Depok. Awal kisah ini bermula ketika Persikad berhasil naik kasta ke kompetisi Divisi Utama setelah sebelumnya berjuang dari divisi di bawahnya. Saat itu keberhasilan Persikad benar-benar menjadi pengharum nama kota Depok. Bahkan Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail dan partai pengusungnya PKS, menaruh itu sebagai salah satu prestasi yang diraih pada periode kepemimpinannya.
Maka mulailah Persikad, sebuah tim yang tadinya tidak terkenal bahkan di kota Depok sekalipun, mulai menjadi bahan omongan banyak pihak. Masyarakat Depok mulai antusias menyambut tim kebanggaannya ini bertanding di kompetisi Divisi Utama, sambil sesekali bermimpi menatap peluang naek ke kasta Liga Super Indonesia.
Namun tidak selamanya mtahari bersinar dan menerangi bumi adakalanya ia bergantai dengan mlam yang gelap. Begitulah Persikad, peraturan mendagri yang melarang penggunaan APBD bagi klub-klub sepakbola, juga berimbas kepada Persikad yang selama ini menjadikan kebaikan dan keberpihakan Pemda Depok dalam masalah pendanaan.
Maka mulailah muncul wacana melepas Persikad ke kubu swasta, banyak langkah yang sudah diambil oleh pengurus lama. Namun renacana ini tidak berjalan, entah karena ketidakseriusan atau juga karena memang tidak ada investor yang mau menagmbil Persikad. Terpaksa Persikad menjalani musim pertamanya di Divisi Utama dengan kondisi seadanya. Mulailah timbul masalah pendanaan, dari mulai gaji pemain hingga masalah lainnya. Di pertengahan kompetisi sempat ada wacana untuk tidak melanjutkan kompetisi di putaran kedua. Namun, walau dengan napas yang tersenggal-senggal Persikad mampu mengakhiri kompetisi Divisi Utama yang hebatnya striker Persikad, JP Boumsong bisa menjadi top skor liga.
Namun bukan berarti permasalahan selesai. Pengurus lama masih menyisakan sejumlah hutang terutama pembayaran gaji para pemain. Sepuluh bulan pemain tidak mendapatkan haknya. Maka mulailah timbul tuntutan dari para pemain. Saat kondisi seperti ini matahari kembali menunjukkan wajah cerahnya. Ibarat habis gelap terbitlah terang, muncul seorang pengusaha bernama Edy Joenardy dengan bendera EJ group yang berminat menjadi investor baru bagi Persikad. Dengan anggaran besar yang di klaim dimilikinya, sejumlah agenda di sebar dan di wacanakan.
Munculnya EJ Group jelas membawa angir segar baru bagi ofisial dan pemain Persikad. Terlebih sang bos langsung tancap gas untuk merekrut pemain-pemain bintang seperti Bambang Pamungkas dan Aliyyudin, walau akhirnya gagal. Gairah baru muncul di kubu Persikad, itu terlihat dari sejumlah nama yang berusaha ikut seleksi dan terpilih menjadi skuad yang di nakhodai oleh Meiyadi Rekasiwi ini. Tercatat nama-nama seperti Imral Usman, Andik Ardiansyah, Zainal Anwar dan yang lainnya hadir dalam seleksi di Stadion Merpati.
Namun hari tidak selamanya cerah, terkadang awan gelap menggantung yang membersitkan kekuatiran akan datangnya badai. Itulah yang terjadi iming-iming besar di awal pembelian Persikad ternayata hanya janji-janji sampai saat ini para pemain masih belum mendapatkan haknya. Dari hari kehari manajeman PT Persikad hanya memberikan janji-janji kepada para pemain. Bahkan sesaat sebelum pertandingan melawan Deltras Sidoarjo sempat terdapat ancaman pemecatan yang akan dilakukan oleh manajemen terhadap pemain dan official Persikad yang rencananya tidak ingin bertanding sebagai protes terhadap manajemen.
Sejak saat itu situasi semakin tidak jelas, setelah pertandingan melwan Mitra Kukar, pemain dan official mengadu kepada BLI stakeholder liga di Indonesia. Namun lagi-lagi tidak ada kabar pasti akan nasib pemain ini. Bahkan mereka yang tidak ingin melanjutkan pertandingan terancam terkena sangsi dari komisi disiplin.
Kondisi semakin panas ketika manajemen Persikad melakukan konferensi Pers di www.pro3rri.com dalam konferensi pers ini manajemen memutuskan untuk tidak melanjutkan sisa pertandingan putaran pertama, selain itu juga akan merombak 60% ofisial dan pemain serta menggantinya dengan nama-nama baru. Manajemen juga akan mengganti nama Persikad menjadi Cirebon United pada putaran kedua nanti. Sedang untuk pembayaran hak terhadp pemain belum ada kata tegas dari manajemen walau tetap berjanji akan melunasi.
Akhirnya sinetron berjudul Persikad masih belum berakhir. Kita menantikan episode-episode selanjutnya apakah akan berkahir dengan happy ending atau tidak. Namun apapun itu hak-hak pemain yang telah menghabiskan keringatnya di lapangan harus terus terlaksana dan terlunaskan. (Ahmad Syakib)
0 komentar:
Posting Komentar